Sunday, March 25, 2007

Marxisme dan Revisionisme (Vladimir Lenin 1908)


ADA ucapan yang terkenal bahwa jika aksioma geometrikal dipengaruhi upaya-upaya kepentingan manusia pasti ia akan ditiadakan. Teori tentang sejarah alam yang dipertentangkan dengan prasangka teologi lama mendorong, dan masih mendorong oposisi yang paling radikal. Oleh karenanya, tak heran bahwa doktrin Marxian, yang secara langsung mengabdi pada pencerahan dan pengorganisasian kelas maju di dalam masyarakat modern, mengindikasikan tugas-tugas yang dihadapi oleh kelas ini dan mendemonstrasikan pergantian yang pasti (berkat pertumbuhan ekonomi) dari sistem terkini oleh suatu orde baru – tak heran jika doktrin ini harus berseteru dalam setiap langkah maju dalam perjalanan hidupnya.

Tak perlu disebut, ini diterapkan kepada ilmu dan filsafat borjuis, secara resmi diajarkan oleh profesor-profesor untuk membingungkan generasi-generasi yang tumbuh dari kelas yang berpunya dan untuk "melatih"-nya melawan musuh-musuh dalam dan luar negeri. Ilmu ini tak akan pernah mendengar tentang Marxisme, menyatakan bahwa hal itu telah ditentang dan dihancurkan. Marx diserang dengan antusias oleh sarjana-sarjana muda yang membina karir dengan menentang sosialisme, dan oleh orang-orang tua bodoh yang mengabdi tradisi dari semua jenis "sistem" yang kadaluarsa. Kemajuan Marxisme, fakta bahwa gagasan-gagasannya disebarkan dan digenggam kuat diantara kelas buruh, meningkat frekuensi dan intensitasnya dengan pasti dari serangan-serangan kaum borjuis ini terhadap Marxisme, yang menjadi semakin kuat, lebih keras dan lebih berbahaya setiap kali "dihancurkan" oleh ilmu-ilmu resmi.

Namun biarpun diantara doktrin-doktrin yang berhubungan dengan perjuangan kelas pekerja, dan sekarang ini berada luas dalam kaum proletar, Marxisme tanpa cara tertentu telah mengkonsolidasikan posisinya sekali lagi. Dalam setengah abad yang pertama dari keberadaannya (dari tahun 1840-an), Marxisme terlibat dalam pertempuran terhadap teori-teori yang bermusuhan secara fundamental terhadapnya. Di awal '40-an Marx dan Engels berhadap-hadapan dengan Hegelian Muda yang radikal yang sudut pandangnya dipenuhi oleh idealisme filsafatis. Pada akhir '40-an, perjuangan dimulai dalam doktrin ekonomi, melawan Proudhonisme. Tahun '50-an, terlihat kelengkapan perjuangan ini dalam kritisisme partai-partai dan doktrin-doktrin yang termanifestasi dalam situasi sulit di 1848. Pada '60-an, perjuangan beralih dari wilayah teori-teori umum ke soal-soal yang berkaitan langsung dengan gerakan buruh: penolakan terhadap Bakuninisme dari Internasional. Pada awal '70-an, panggung di Jerman diduduki sementara oleh Proudhonis Muhlberger, dan di akhir '70-an oleh kaum positivis Dühring. Tapi pengaruh terhadap kaum proletar sudah tak lagi penting. Marxisme selalu memperoleh kemenangan yang tak perlu dipertanyakan lagi terhadap semua ideologi lain dalam gerakan buruh.

Tahun '90-an, kemenangan ini telah seluruhnya terselesaikan. Bahkan di negara-negara Latin, dimana tradisi-tradisi Proudhonisme bercokol paling lama daripada di tempat lain, partai-partai buruh menyusun program-program dan taktik-taktik mereka pada pondasi Marxis. Kebangkitan organisasi internasional gerakan buruh – dalam bentuk kongres internasional yang periodik – dari awalnya, dan hampir seluruhnya tanpa perjuangan, mengadopsi titik berdiri Marxis dalam hal-hal yang esensial. Tapi setelah Marxisme telah menolak semua doktrin-doktrin yang lebih atau kurang integral yang memusuhinya, aliran--aliran yang diekpresikan dalam doktrin-doktrin tersebut mulai mencari saluran-saluran lain. Bentuk-bentuk dan penyebab-penyebab perjuangan berganti, tetapi perjuangan terus berjalan. Dan pertengahan abad kedua dari keberadaan Marxisme dimulai (pada tahun '90-an) dengan perlawanan terhadap musuh-musuh Marxisme di dalam Marxisme itu sendiri.

Bernstein, yang pernah pada masanya hidup sebagai seorang Marxis orthodoks, menjadi tokoh pada tren yang muncul di hadapan publik dan dengan sangat sadar, ia mengoreksi Marx, merevisi Marx, revisionisme. Bahkan di Rusia, dimana – bangsa yang memiliki keterbelakangan ekonomi dan mayoritasnya terdiri dari satu populasi petani yang terbebani oleh sisa-sisa perbudakan – sosialisme non-Marxis telah berjalan secara alami sudah sekian lamanya, sudah jelas-jelas melewatinya ke revisionisme sebelum kita menyadarinya. Baik dari pertanyaan tentang pertanian (program municipalisasi semua tanah) dan dalam pertanyaan-pertanyaan umum tentang program dan taktik, kawan-kawan Social-Narodnik sangat dan teramat sering bergonta-ganti "koreksi" kepada Marx bagi peninggalan yang telah mati dan gelap pada sistem lama mereka, yang dengan caranya sendiri telah menyatu dan secara mendasar bermusuhan dengan Marxisme.

Sosialisme Pra-Marxis telah gugur. Ia masih meneruskan perlawanan, tak lagi pada landasan independennya lagi, tapi pada landasan umum Marxisme, seperti revisionisme. Marilah kita, memeriksa isi ideologis revisionisme.

Dalam lingkaran filosofi revisionisme yang diikuti pada kebangkitan pendidikan "keilmuan" borjuis, para pemikir "kembali pada Kant" – dan revisionisme diseret di sepanjang neo-Kantian. Para pemikir itu kembali mengulangi truisme pendeta-pendeta yang telah menyuarakan ratusan kali untuk melawan filsafat materialisme – dan kaum revisionis, tersenyum seenaknya, menggerutu (kata-demi-kata dari pemikiran terkini Handbuch) bahwa materialisme telah "ditolak" sejak lama. Para pemikir itu memperlakukan Hegel sebagai seekor "anjing mati", sementara mereka sendiri mendewa-dewakan idealisme, hanya suatu idealisme yang ratusan kali lebih menyedihkan dan buruk daripada idealisme Hegel, secara arogan mengangkat bahu pada dialektika – dan kaum revisionis telah gagal dan terbenam ke dalam lumpur filsafat kevulgaran ilmu, menggantikan dialektika yang "punya nilai seni" (dan sifat revolusioner) dengan "evolusi" yang sederhana (dan adem-ayem). Para pemikir itu menghabiskan gaji resminya untuk menyesuaikan antara idealisme dan sistem kritikal mereka pada filosofi medieval yang dominan (contohnya pada teologi) – dan kaum revisionis mendekatkan diri mereka, mencoba membangun agama atas "kepentingan pribadi", bukan pada hubungannya dengan negara modern, tetapi dalam hubungannya dengan partai di kelas-kelas maju.

Apa arti sesungguhnya "koreksi-koreksi" kepada Marx dalam satu istilah yang tak perlu dinyatakan: hal ini telah menjadi buktinya. Dengan gampang kita bisa menerapkan catatan tentang kaum Marxis dalam gerakan Sosial-Demokrat internasional untuk mengkritik truisme revisionis yang dahsyat dari titik berdiri pada konsistensi materialisme dialektik, yakni Plekhanov. Hal ini harus ditekankan semua bahwa semakin bersifat empatik sejak kesalahan upaya-upaya yang tak mendasar yang pada masa kini dilakukan untuk menyelundupkan sampah berselubung filsafat lama dan reaksioner sebagai satu kritisisme pada taktik oportunisme Plekhanov. [1]

Mencermati ekonomi politik, harus dicatat pertama-tama bahwa dalam lapisan "koreksi-koreksi" revisionis memang lebih komprehensif dan melihat keadaan sekitarnya; daya-upaya dilakukan untuk mempengaruhi publik dengan "data baru tentang perkembangan ekonomi". Dikatakan bahwa konsentrasi dan penolakan produksi berskala kecil oleh produksi berskala besar sama sekali tidak terjadi di pertanian, sementara mereka melakukannya dengan sangat lambat di bidang perdagangan dan industri. Dikatakan bahwa krisis-krisis kini amat jarang dan lemah, dan bahwa kartel dan trust memungkinkan modal dapat menghancurkan mereka seluruhnya. Dikatakan bahwa "teori kehancuran" yang dihadapi kapitalisme tak disuarakan, mengacu pada aliran antagonisme kelas sehingga menjadi lembek dan kurang akut. Akhirnya, dikatakan juga bahwa bukanlah suatu kesalahan untuk mengkoreksi teori nilai Marx, pada persetujuan dengan Bohm-Bawerk.

Perlawanan dengan kaum revisionis pada pertanyaan-pertanyaan ini menghasilkan buah kebangkitan pemikiran teoritis pada sosialisme internasional seperti halnya kontroversi Engels dengan revisi Dühring 20 tahun sebelumnya. Argumen-argumen kaum revisionis dianalisa dengan bantuan fakta-fakta yang dibuktikan bahwa kaum revisionis secara sistematis mewarnai produksi berskala kecil modern dengan gambar-berwarna merah mawar. Superioritas teknik dan perdagangan produksi berskala besar terhadap produksi berskala kecil tak hanya terjadi di bidang industri, tetapi juga di bidang pertanian. Fakta ini tak dapat dibantah. Tetapi produksi komoditi sangat kurang dikembangkan pada bidang pertanian, dan ekonomi serta ahli statistik modern, sesuai dengan aturan, tidak terampil dalam menarik cabang khusus (kadang-kadang terjadi pada operasi) pada bidang pertanian yang menunjukkan bahwa pertanian secara progresif ditarik ke dalam proses pertukaran ekonomi dunia. Produksi berskala kecil mempertahankan dirinya pada sisa-sisa ekonomi alam dengan pola makan yang semakin gawat, dengan kelaparan kronis, dengan semakin panjangnya jam kerja, dengan pengurangan kualitas dan jumlah ternak, dengan kata lain, dengan sejumlah metode dimana produksi kerajinan tangan mempertahankan dirinya melawan manufaktur kapitalis. Setiap kemajuan ilmu dan teknologi akhirnya dan dengan kejam melemahkan pondasi produksi berskala kecil di masyarakat kapitalis; dan ini merupakan tugas ekonomi politik sosialis untuk menyelidiki proses ini dalam segala bentuknya, seringkali rumit dan penuh intrik, dan untuk mendemonstrasikan kepada penghasil berskala kecil bisa terus bertahan di bawah kapitalisme, tak ada lagi harapan bagi pertanian petani di bawah kapitalisme, dan pentingnya para petani mengadopsi titik berdiri kaum proletar. Pada pertanyaan ini, kaum revisionis telah berdosa, dalam sudut padang keilmuan, dengan generalisasi yang dibuat-buat berdasar pada fakta-fakta yang dipilih secara sepihak dan tanpa referensi keseluruhan sistem kapitalisme. Dari sudut pandang politik, mereka berdosa oleh fakta bahwa mereka pada akhirnya, apakah mereka menginginkan atau tidak, mengundang atau memaksa petani untuk mengadopsi tingkah laku tuan tanah kecil (seperti misalnya, tingkah laku kaum borjuis) alih-alih memaksa mereka untuk mengadopsi sudut pandang kaum proletar revolusioner.

Posisi revisionisme semakin memburuk seperti dalam hal teori krisis atau teori kehancuran. Hanya dalam waktu yang sangat singkat dapatkan orang, dan hanya mereka yang paling berpandangan sempit, memikirkan untuk refashioning pondasi teori Marx di bawah pengaruh ledakan industri dan kemakmuran dalam beberapa tahun ini. Realitas kemudian akan semakin jelas bagi kaum revisionis bahwa krisis bukanlah sesuatu yang ada di masa lalu: kemakmuran diikuti oleh suatu krisis. Bentuk-bentuk, aliran, gambaran tentang krisis khusus telah berganti, tetapi krisis tetap komponen akhir dari sistem kapitalis. Sementara menyatukan produksi, kartel-kartel dan trust pada saat yang sama, dan dengan cara yang jelas terlihat, memperburuk anarki produksi, ketidakamanan keberadaan kaum proletar dan kekejaman modal, oleh karenanya meningkatkan antagonisme kelas hingga ke suatu tingkat yang luar biasa. Bahwa kapitalisme pada akhirnya akan rontok – baik dalam politik individual dan krisis ekonomi serta kehancuran total dari seluruh sistem kapitalis – telah dibuat jelas secara khusus, dan pada suatu trust yang berskala besar, persisnya oleh raksasa trust yang baru. Krisis keuangan belakangan ini di Amerika dan peningkatan pengangguran ayng menakutkan di seluruh Eropa, tak mengatakan apa-apa mengenai krisis industrial yang mendekat dari sejumlah gejala-gejala yang dapat ditunjuk – semua ini membuat "teori-teori" terkini dari kaum revisionis telah dilupakan oleh semua orang, termasuk, tampaknya demikian, oleh banyak dari kalangan mereka sendiri. Tetapi pelajaran-pelajaran mengenaik ketidakstabilan para intelektual telah menyingkirkan hal agar kelas buruh jangan dilupakan.

Seperti pada teori nilai, perlu dikatakan bahwa terpisah dari kekelaman petunjuk dan gerutuan, ala Bohm-Bawerk, kaum revisionis sama sekali tidak memberi kontribusi absolut, dan oleh karenanya tidak meninggalkan jejak pada perkembangan pemikiran ilmiah.

Dalam lapisan politik, revisionisme benar-benar mencoba merevisi pondasi Marxisme, yang umum disebut, doktrin perjuangan kelas. Kebebasan berpolitik, demokrasi dan pemilihan umum dibuang dari dasar perjuangan kelas – seperti yang dikatakan kepada kami – dan meminjam proposisi Manifesto Komunis tua yang tak benar bahwa buruh tak membutuhkan negara. Mereka katakan, sejak "kehendak mayoritas" gagal dalam suatu demokrasi, orang harusnya tak lagi menganggap negara sebagai organ penguasa kelas, tak juga menolak aliansi dengan kaum borjuis progresif, reformis sosialis melawan kaum reaksioner.

Tak dapat dielakkan bahwa argumen-argumen kaum revisionis ini dimuati oleh pandangan sistem keseimbangan yang adil, yang biasa disebut, pandangan borjuis liberal yang tua dan terkenal itu. Kaum liberal selalu mengatakan bahwa parlementarisme borjuis telah merusak kelas dan divisi kelas, sejak hak untuk memilih dan hak untuk berpartisipasi dalam pemerintahan suatu negara dibagikan kepada semua warga negara tanpa perbedaan. Seluruh sejarah Eropa pada paruh kedua abad ke-19, dan seluruh sejarah revolusi Rusia pada awal abad ke-18, jelas-jelas menunjukkan pandangan seperti itu sungguh absurd. Perbedaan ekonomis tidak dimoderasi tetapi ditingkatkan dan diintensifkan di bawah kebebasan kapitalisme "demokratik". Parlementarisme tidak dihilangkan, tetapi tetap terbaring sebagai karakter yang inheren bahkan di dalam republik borjuis yang paling demokratis sebagai organ kelas penindas. Dengan membantu untuk mencerahkan dan mengorganisir massa lebih luas hingga tak terukur daripada mereka yang sebelumnya mengambil bagian secara aktif dalam peristiwa-peristiwa politik, parlementarisme tidak dibuat untuk penghilangan krisis dan revolusi politik, tetapi untuk intensifikasi yang maksimum bagi perang sipil selama revolusi tersebut. Peristiwa-peristiwa di Paris pada musim semi 1871 dan kejadian-kejadian di Rusia pada musim dingin 1905 menunjukkan secara jelas bagaimana intensifikasi ini akhirnya muncul. Kaum borjuis Perancis tanpa babibu membuat suatu perjanjian dengan musuh dari seluruh bangsa, dengan tentara asing yang telah menghancurkan negaranya, untuk menghancurkan gerakan proletariat. Siapa yang tak dapat memahami dialektika di dalam parlementarisme dan demokrasi borjuis pada akhirnya – yang memimpin ke satu keputusan tegas dari argumen kekerasan massa daripada sebelumnya – tak akan pernah dapat memahami basis parlementarisme ini untuk melakukan agitasi dan propaganda yang konsisten secara prinsip, sungguh-sungguh mempersiapkan massa kelas buruh untuk berpartisipasi dalam kemenangan "argumentasi-argumentasi" ini. Pengalaman aliansi-aliasi, persetujuan-persetujuan, dan blok dengan kaum liberal reformis sosial di Barat dan dengan kaum reformis liberal (kadet-kadet) dalam revolusi Rusia, telah secara menyakinkan menunjukkan bahwa persetujuan ini hanya menumpulkan kesadaran-kesadaran massa, bahwa mereka tak dapat meningkatkan tetapi hanya melemahkan signifikansi perjuangannya yang aktual, dengan menghubungkan antara jagoan-jagoan dengan elemen-elemen yang paling tidak mampu berkelahi dan paling bermasalah dan tak dapat diandalkan. Millerandisme di Perancis – pengalaman terbesar dalam menerapkan taktik politis revisionis sesungguhnya dalam skala nasional, luas – telah menjadi satu penilaian praktis dari revisionisme yang tak akan dilupakan oleh kaum proletar di seluruh dunia.

Satu pelengkap alami terhadap tendensi ekonomi dan politik dari revisionisme adalah sikapnya terhadap tujuan pamungkas gerakan sosialis. "Gerakanlah yang utama, tujuan akhir bukanlah apa-apa", frase Bernstein ini menggambarkan substansi revisionisme dengan baik, bahkan lebih baik daripada pernyataan-pernyataan yang panjang. Untuk membedakan tindakannya dari kasus per kasus, untuk mengadaptasinya pada peristiwa sehari-hari dan untuk tetek-bengek dan perubahan pada politik kecil-kecilan, untuk melupakan kepentingan utama dari kaum proletariat dan figur dasar dari keseluruhan sistem kapitalis, dari semua evolusi kapitalis, untuk mengorbankan kepentingan-kepentingan utama ini demi keunggulan momentum yang nyata atau diasumsikan – seperti kebijakan revisionisme. Dan ia mengikuti secara paten dari kebijakan yang sangat alamiah ini bahwa dapat diasumsikan satu varietas bentuk yang tak terbatas, dan setiap pertanyaan yang lebih atau kurang "baru", setiap peristiwa yang lebih atau kurang diharapkan dan diduga, bahkan ia mengganti lini dasar dari perkembangan hanya untuk suatu tingkat yang tak signifikan dan hanya untuk periode yang sangat pendek, pada akhirnya selalu menjadi alasan untuk memunculkan salah satu dari berbagai varietas revisionisme.

Revisionisme ditentukan oleh akar kelasnya di dalam masyarakat modern. Revisionisme adalah satu fenomena internasional. Seorang sosialis yang paling bodoh pun pasti tidak akan ragu tentang hubungan antara kaum orthodoks dan Bernsteinian di Jerman, Guesdis dan Jauresis (dan kini secara khusus Broussis) di Perancis, Federasi Sosial Demokrat dan Partai Buruh Independen di Great Britain, Brouckere dan Vandervelde di Belgia, kaum Integralis dan Reformis di Italia, Bolshevik dan Menshevik di Rusia, di mana saja secara esensial serupa, dengan mengabaikan varietas yang beragam dari kondisi nasional dan faktor sejarah di negara-negara saat ini. Dalam kenyataannya, "perpecahan" di dalam gerakan sosialis internasional saat ini berlanjut pada garis yang sama di semua negara di dunia, yang menunjukkan pada suatu kemajuan yang dahsyat dibandingkan dengan situasi 30 atau 40 tahun lalu, manakala tren yang heterogen pada berbagai negara berseteru di dalam satu gerakan sosialis internasional. Dan bahwa "revisionisme dari kaum kiri" yang terbentuk di negara-negara Latin sebagai "sindikalisme revolusioner", juga diadaptasi di dalam Marxisme, "mengkoreksinya": Labriola di Italia dan Lagardelle di Perancis seringkali mengutip Marx yang dipahami secara salah dengan pemahaman yang sifatnya kanan.

Kita tak dapat berhenti di sini untuk menganalisa isi ideologis dari revisionisme ini, yang sampai sejauh ini dari yang telah dikembangkan hingga ke batas yang sama sebagai revisionisme kaum oportunis: ia belumlah bersifat internasional, belum juga diuji pada satu perang praktis yang besar dalam satu partai sosialis di negara manapun. Oleh karena itu, kita membatasi diri dari "revisionisme dari kanan" seperti yang digambarkan di atas.

Lantas di mana letak ketidakterhindarannya dalam masyarakat kapitalis? Mengapa ia lebih subur daripada perbedaan antara kekhasan nasional dan tingkat-tingkat perkembangan kapitalisme? Karena dalam setiap negara kapitalis, sejajar dengan proletariat, selalu terdapat suatu lapisan luas borjuis kecil. Kapitalisme telah dan selalu timbul dari produksi kecil. Sejumlah "lapis menengah" baru berulang kali timbul dari kapitalisme (perusahaan pendukung pabrik-pabrik besar, pekerja di rumah, bengkel-bengkel kecil yang tersebar luas di seluruh negeri untuk memenuhi kebutuhan industri besar, seperti industri sepeda dan mobil, dll.). Produsen-produsen kecil ini tak dapat menghindari tersingkir menjadi proletariat. Tidak mengherankan bahwa pandangan borjuis kecil selalu timbul dalam partai-partai buruh terbuka. Tidaklah mengherankan bahwa hal ini selalu terjadi dan akan selalu terjadi, hingga terjadi perubahan nasib yang akan timbul dalam revolusi proletarian. Adalah suatu kesalahan yang parah bila ada pikiran bahwa proletarisasi "sepenuhnya" mayoritas penduduk mutlak perlu untuk menimbulkan revolusi demikian. Yang kini sering kita alami dalam lingkup ideologi saja, yaitu pertikaian mengenai perbaikan teoretik terhadap Marx, yang sekarang hanya terjadi pada isu individual dalam gerakan buruh, sebagai perbedaan taktis dengan kaum revisionis dan perpecahan-perpecahan pada tingkatan ini – akan dialami oleh kelas buruh pada suatu tingkatan yang jauh lebih tinggi ketika revolusi proletarian akan mempertajam semua isu yang dipertikaikan, akan memfokuskan semua perbedaan pada poin-poin yang terpenting dalam menentukan tindakan-tindakan massa, dan menjadikan hal penting dalam panasnya pertikaian untuk membedakan lawan dari kawan, dan untuk menyingkirkan sekutu-sekutu yang buruk untuk dapat memberikan pukulan yang menentukan kepada lawan.

Ya, perjuangan ideologis ini dilakukan oleh Marxisme revolusioner terhadap revisionisme pada akhir abad ke-19, namun ini suatu awal pertempuran revolusioner yang besar dari kaum proletariat, yang maju untuk meraih kemenangan mutlak dari penyebabnya di samping semua keloyoan dan kelemahan kaum borjuis kecil.



dari penye

[Dari Collected Works,Volume 15, 1908
Diterbitkan pertama kali dalam Simposium Karl Marx – 1818-1883, 1908

This text has been copied from the Lembaga Penerbitan, Pendidikan, dan Pengembangan Pers Mahasiswa (LP4M) site with kind permission. The site has a number of other texts about Marxism and Indonesiababnya di samping semua keloyoan dan kelemahan kaum borjuis kecil.]

Catatan akhir
1. Lihat Studies in the Philosophy of Marxism oleh Bogdanov, Bazarov dkk. Ini bukan tempat mendiskusikan buku tersebut, dan saya harus membatasi sekarang ini kapan saya akan menyampaikan bahwa dalam waktu dekat saya akan membuktikannya dalam satu seri artikel, atau dalam sebuah pamflet yang berbeda, bahwa semua yang saya katakan di atas tentang kaum revisionis neo-Kantian secara esensial diterapkan juga terhadap neo-Humis yang "baru" dan revisionis neo-Berkeleyan.

Tuesday, March 20, 2007

Putin Berkuasa, Media Massa Rusia Teraniaya

Tigaratus perkara hukum. 13 orang wartawan dibunuh. Semua saluran televisi dikendalikan. Tak ada lagi kebebasan pers. Itulah yang terjadi di Rusia. Dalam tujuh tahun kekuasaannya, Vladimir Putin telah membuat media di Rusia teraniaya.

Agustus 1999
Keteraniayaan pertama media Rusia di bawah Putin dimulai langsung begitu dia dilantik menjadi presiden, Agustus 1999. Para jurnalis yang akan ke Chechnya, lagi-lagi harus berhadapan dengan serdadu Rusia, dan acapkali dipersulit. Mereka sukar masuk ke Chechnya. Bahkan diancam. Para jurnalis televisi terus menerus dihambat untuk bisa menayangkan bahan-bahan liputannya.

"Itu akibat langsung keputusan yang terencana," ujar Oleg Panfilov, dalam sebuah wawancara telpon. Panfilov adalah direktur Pusat Jurnalistik Urusan Hal-hal Ekstrim di Moskow. "Pada September 2000 Putin menandatangani sebuah dokumen penting, yakni Doktrin Penerangan Keamanan. Dalam doktrin itu dirumuskan, banyak hal harus mengacu pada media pemerintah. Enam tahun kemudian, kita melihat banyak kebiasaan zaman propaganda Soviet kembali ke media Rusia. Semua saluran televisi nasional, jumlahnya lima, diawasi dan dikendalikan pemerintah.

Yang disembunyikan
Menjawab pertanyaan apa yang disembunyikan Kremlin, Panfilov berterus terang: "Perang di Chechnya yang masih terus berlangsung. Korupsi. Dan kenyataan Rusia samasekali tidak menuju ke sebuah negara demokratis dan beradab. Dan lebih jauh, perilaku Putin sebagai mantan intel KGB, yang samasekali tidak suka pada pendapat yang berbeda."

Lembaga Panfilov belum lama ini meneliti siaran-siaran berita televisi saluran nasional. "93 persen informasi menyangkut presiden, ihwal partainya Partai Rusia Bersatu, dan mengenai pemerintah," ujar Panfilov.

Meski demikian, berita-berita di lima saluran mengenai pembunuhan Anna Politkovskaya, salah satu jurnalis merdeka Rusia yang terakhir, cukup lengkap dan luas. "Tetapi setelah dua hari, segalanya kembali sebagaimana biasa. Tak ada berita lagi mengenai Politkovskaya, kecuali pada hari ketiga. Yakni saat muncul pernyataan yang aneh dari Putin ketika ia berkunjung ke Jerman."

Panfilov tidak percaya bahwa pembunuhan Politkovskaya akan diusut sampai tuntas. "Itu hanya satu dari 13 pembunuhan para jurnalis. Bahkan pembunuhan wartawati dari Kalmukse, Larissa Yudina, tidak pernah jelas siapa dalangnya."

Anna Politkovskaya bekerja pada salah satu suratkabar mandiri di Rusia, yakni harian Novaya Gazeta. Dalam sebuah wawancara dengan Radio Nederland pada awal 2005, Politkovskaya memaparkan, bahwa surat kabarnya menjadi penampung dan harapan terakhir bagi para jurnalis merdeka. Tapi suratkabar itu miskin. Tidak bisa menampung semua jurnalis yang dipecat gara-gara medianya terkena sensor. Dengan demikian, bekerja di Novaya Gazeta mengundang bahaya. Politkovskaya adalah wartawan kelima koran Novaya Gazeta yang dibunuh.

Terancam lenyap
Menurut Panfilov, pembunuhan Politkovskaya mengakibatkan amarah amat sangat di banyak kalangan. Pada hari Kamis terbit sebuah suratkabar khusus, dengan bantuan dan dukungan para jurnalis dalam dan luar negeri. Bakan Panfilov berharap ada dampaknya bagi perubahan dalam pengurusan perkara pembunuhan tersebut. "Sikap kewartawanan masa kini harus memahami, jika tekanan Kremlin dibiarkan, maka semua media yang mandiri di Rusia akan terancam bakal lenyap." Demikian Panfilov.

Sementara ini warga Rusia bisa mendapatkan informasi mandiri lewat internet. Misalnya dari situs www.gazeta.ru dan www.lenta.ru. Tetapi sayang, demikian menurut Panfilov, hanya 12 persen warga Rusia yang bisa membuka internet. Dan hanya 2 sampai 3 persen penduduk yang berniat mencari informasi politik. Meskipun jumlahnya sekecil itu, cari informasi bebas lewat internet pun sudah diancam. Di kalangan kekuasaan sudah disebut-sebut pengawasan atas situs-situs web. Mereka tahu dan sadar, Revolusi Oranye di Ukrania pada 2004 menjadi matang dan dipercepat karena penyebarluasan informasi lewat internet.(sumber:rnl)

Membuka Mata Kehidupan Sehari-hari di Korea Utara

Jika Korea Utara muncul dalam pemberitaan, maka itu biasanya soal senjata nuklir atau bencana alam dan kelaparan. Selanjutnya, kita nyaris tidak mendengar berita lain dari negara yang sangat tertutup ini. Misalnya, bagaimana bentuk kehidupan sehari-hari di negeri ini? Bagaimana pendapat warga Korea Utara mengenai negeri mereka dan masa depan mereka? Jaap Timmer adalah Ketua Palang Merah Internasional di Korea Utara, dan sudah tinggal di sana selama dua setengah tahun. Ia menceritakan pengalaman tinggal di negeri yang sangat menutup diri ini.

Negara poros setan
George W. Bush: Penguasa Korea Utara mempersenjatai diri dengan senjata pemusnah massal, sementara itu membiarkan rakyatnya kelaparan. Negara seperti ini, dan sekutu-sekutu mereka, merupakan poros setan. Mempersenjatai diri untuk mengancam perdamaian dunia.

Dalam pidatonya itu, Presiden Amerika Serikat George W. Bush menempatkan Korea Utara bersama Irak dan Iran, sebagai negara-negara anggota poros setan. Menurut Bush, negara yang sibuk membuat senjata nuklir, dan tidak perduli nasib rakyatnya, adalah negara jahat.

Program pengembangan nuklir Korea Utara sejauh ini selalu menjadi ganjalan pelik, dan setiap kali kembali menghangat. Pekan ini, Amerika, Cina dan Jepang, kembali membicarakan kemungkinan penghentian program nuklir Korea Utara.

Rasa kebersamaan
Jaap Timmer adalah Kepala Palang Merah Internasional di Korea Utara. Ia mengakui standar hidup di Korea Utara memang sangat rendah. Tapi Timmer tidak bisa mengatakan apakah orang menderita kelaparan. Yang jelas negeri tersebut menghadapi kekurangan obat-obatan dasar. Dan banyak orang tidak bisa menikmati air minum bersih.

Kendati demikian, menurut Timmer, masyarakat bisa menerima keadaan sulit seperti ini. Padahal tersedia banyak dana untuk bidang pertahanan. Korea Utara menganggap dirinya masih dalam keadaan perang dengan Amerika. Selama ini pemerintah Korea Utara merasa telah menghadapi dengan baik Amerika Serikat.

Jaap Timmer: "Mereka bangga atas negeri sendiri, pemimpin serta politik mereka dan ingin menjadi negara kesatuan. Penting bagi mereka untuk berpendapat sama. Ini membuat mereka kuat, dan itulah yang dirasakan. Dan itu juga betul. Jarang muncul diskusi apabila perlu dilakukan sesuatu. Misalnya kalau diputuskan untuk memperbaiki jalan, maka semua orang cepat membantu. Itu sangat efektif."

Lain dari yang sejauh ini diberitakan tentang Korea Utara, yaitu negara yang tidak dapat dipercaya dan suka berubah pikiran, Jaap Timmer malah berpendapat bahwa negeri tersebut, berkat rasa kebersamaan itu, sangat tegas dan melakukan apa yang dikatakannya.

Ideologi Juche
Keinginan membentuk kesatuan dan membatasi kebebasan individu telah menjadi kebijakan di Korea Utara. Dalam apa yang disebut ideologi Juche, yakni komunisme versi Korea Utara, orang menginginkan suatu masyarakat yang mencukupi kebutuhan sendiri yang hanya bisa dicapai melalui rasa kebersamaan besar.

Dalam hidup sehari-hari, ideologi Juche berdampak besar. Kebebasan pribadi sangat dibatasi: orang misalnya tidak boleh bepergian secara leluasa, dan tidak seorang pun diijinkan keluar atau masuk ibukota. Rekan-rekan Jaap Timmer di Korea Utara tidak boleh bepergian sendiri. Apabila Palang Merah ingin mengirim orang untuk ikut kursus tertentu, maka ia harus ditemani, sehingga mereka bisa saling mengamati. Demikian ujar Timmer.

Penghubung
Pengucilan ini sedemikian besar, sehingga disusun pelbagai sistem rumit untuk menghindari kontak dengan luar negeri.

Jaap Timmer: "Saya punya dua telpon di kantor saya. Satu untuk sambungan internasional, dan satu untuk pelbagai departemen. Tapi saya tidak bisa bebas menelpon kalangan dalam negeri. Perhimpunan nasional punya pesawat telpon untuk menelpon dalam negeri, tapi tidak ada sambungan telpon internasional. Sama halnya dengan internet. Mereka tengah membangun apa yang disebut sistem intranet, tapi tidak ada kontak langsung dengan web internasional. Orang asing punya kontak langsung dengan web internasional, tapi tidak bisa masuk ke situasi dalam negeri dan sebaliknya."

Menurut Jaap Timmer, sebagai organisasi internasional, Palang Merah berfungsi sebagai penghubung. Rekan-rekannya dari Korea Utara menghindari kontak terlalu banyak dengan orang asing, karena itu mencurigakan dan berbahaya. Kendati demikian, kebanyakan warga Korea sangat ingin tahu kisah-kisahnya tentang dunia luar. Terutama di kantornya Jaap Timmer bersama rekannya saling berbagi pengalaman, selama yang dibahas bukan pemimpin atau politik. Tapi rata-rata warga Korea toh tidak punya pendapat tentang itu.