Saturday, March 1, 2008

Upah Relatif dan Jam Kerja Relatif

Di bawah kondisi kapitalisme yang sudah mulai hancur, rakyat tetap hidup dalam kondisi kekurangan, dan sekarang lebih terancam bahaya terlempar ke dalam jurang kemiskinan. Mereka harus mempertahankan sesuap nasi mereka, bila mereka tidak dapat meningkatkan atau memperbaiki kondisi mereka. Tidak perlu dan tidak ada kesempatan untuk menyebutkan satu persatu tuntutan-tuntutan parsial dan terpisah tersebut, yang kerap lahir dari kondisi konkrit nasional, lokal, serikat buruh. Tetapi, dua masalah ekonomi yang utama, dimana mereka merupakan ringkasan meningkatnya absurditas sistem kapitalisme, adalah pengganguran dan harga yang melambung. Masalah-masalah ini membutuhkan slogan-slogan dan metode-metode perjuangan yang umum.

Internasional Keempat menyatakan perang tanpa kompromi melawan politiknya kaum kapitalis, yang mirip dengan politiknya kaum reformis yang merupakan agen kapitalis. Yakni sebuah politik yang bertujuan untuk meletakkan ke punggung rakyat pekerja semua beban militerisme, krisis, disorganisasi sistem finansial, dan keburukan lainnya yang merupakan akibat dari kehancuran kapitalisme. Internasional Keempat menuntut lapangan kerja dan kondisi hidup layak untuk semua orang.

Slogan inflasi finansial dan stabilisasi finansial tidaklah boleh menjadi slogan kaum proletar karena kedua hal tersebut adalah sama saja. Untuk melawan melambungnya harga-harga barang, yang akan menjadi semakin parah dengan mendekatnya perang, kita hanya bisa berjuang di bawah slogan upah relatif. Ini berarti bahwa perjanjian kolektif harus menjamin kenaikan upah yang otomatis seiring dengan naiknya harga barang-barang konsumen.

Di bawah ancaman hancurnya kapitalisme, kaum proletar tidak boleh mengijinkan rakyat pekerja untuk menjadi pengangguran miskin yang kronik, yang hidup di tempat-tempat kumuh di dalam masyarakat yang hancur. Hak untuk mendapat pekerjaan adalah satu-satunya hak penting yang tersisa bagi kaum pekerja di masyarakat yang berdasarkan eksploitasi. Hak tersebut adalah hak yang tersisa bagi kaum pekerja di masyarakat yang berdasarkan eksploitasi. Hak ini sekarang dirobek dari dia dalam setiap langkah. Dalam melawan penggangguran, secara “struktural” maupun “conjunktural”, waktu sudahlah matang untuk maju dengan slogan kerja publik, dengan slogan jam kerja relatif. Serikat-serikat buruh dan organisasi-organisasi massa harus mengikat kaum pekerja dan kaum penganggur di dalam solidaritas untuk tanggungjawab bersama. Berdasarkan ini, semua pekerjaan akan dibagi di antara semua pekerja sesuai dengan bagaimana jam kerja mingguan ditentukan. Upah rata-rata setiap pekerja tetap sama seperti halnya di bawah jam kerja mingguan yang lama. Upah-upah, berdasarkan upah minimum yang dijamin dengan ketat, akan mengikuti harga-harga barang. Dalam periode bencana sekarang ini, adalah tidak mungkin untuk menerima program yang lain.

Pemilik-pemilik properti dan pengacara-pengacara mereka akan membuktikan “tidak mungkin tercapainya” tuntutan-tuntutan ini. Kapitalis kecil, terutama kapitalis yang sudah hancur, akan merujuk pada pembukuan mereka. Kaum pekerja menolak mentah-mentah kesimpulan-kesimpulan dan informasi-informasi tersebut. Masalahnya bukanlah sebuah pertentangan “normal” antara dua kepentingan material yang berlawanan. Masalahnya adalah untuk menjaga kaum proletar dari kehancuran, demoralisasi, dan keruntuhan. Masalahnya adalah masalah hidup atau mati satu-satunya kelas yang kreatif dan progresif, dan karena kekreatifan dan keprogresifannya kelas tersebut adalah masa depan umat manusia. Bila kapitalisme tidak mampu memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut yang secara tidak terelakkan lahir dari bencana yang disebabkan oleh dirinya sendiri, maka biarlah kapitalisme hancur. Dalam kondisi sekarang ini, “kemungkinan dicapainya” atau “ketidakmungkinan dicapainya” tuntutan-tuntutan tersebut adalah sebuah masalah hubungan kekuatan-kekuatan sosial, yang hanya bisa ditentukan dengan perjuangan. Dengan jalan perjuangan ini, apapun keberhasilan praktis dan segera dari perjuangan tersebut, rakyat pekerja akan mengerti dengan sangat baik bahwa perbudakan kapitalisme harus dilikuidasi.

Kelas Proletariat dan Kepemimpinannya

Ekonomi, negara, dan politik kelas borjuis dan hubungan internasionalnya terjangkiti oleh sebuah krisis sosial, yang merupakan karakter sebuah masyarakat dalam kondisi pra-revolusioner. Halangan utama untuk merubah kondisi pra-revolusioner ini ke kondisi revolusioner adalah karakter oportunis dari kepemimpinan proletariat: ketakutan borjuis kecilnya terhadap borjuis besar dan kolusinya dengan borjuis besar bahkan di waktu kematiannya.

Di semua negara, kelas proletar digoyangi oleh sebuah kekhawatiran yang mendalam. Berjuta-juta massa, lagi dan lagi, memasuki jalan revolusi. Tetapi setiap kali mereka memasuki jalan revolusi ini, mereka dihalangi oleh organisasi mereka sendiri yang birokratik dan konservatif.

Kaum proletar Spanyol sudah melakukan serangkai usaha-usaha yang heroik semenjak bulan April 1931 untuk mengambil kekuasaan ke dalam tangannya dan menuntun nasib masyarakat. Akan tetapi, partai-partai mereka sendiri (Sosial Demokrat, Stalinis, Anarkis, POUM [3]) – masing-masing dengan caranya sendiri beraksi sebagai sebuah rem dan menyiapkan kemenangan Franco.

Di Prancis, gelombang mogok kerja “okupasi”, terutama selama bulan Juni 1936, menunjukkan kesiapan sepenuh hati kelas proletar untuk menumbangkan sistem kapitalis. Akan tetapi, organisasi-organisasi yang memimpin (kaum Sosialis, Stalinis, Sindikalis) di bawah label Front Popular berhasil membelokkan dan memblok arus revolusioner ini, setidaknya untuk sementara.

Gelombang mogok kerja okupasi yang tidak pernah terlihat sebelumnya dan perkembangan serikat buruh industri yang sangat pesat di Amerika Serikat (CIO [4]) adalah sebuah ekspresi yang tidak dapat dibantah dari naluri perjuangan kaum buruh Amerika untuk memenuhi tugas-tugas mereka yang dibebankan oleh sejarah. Tetapi disini, juga, organisasi politik yang memimpin, termasuk CIO yang baru saja terbentuk, melakukan apa saja yang mungkin untuk menghalangi dan melumpuhi tekanan revolusioner dari massa.

Keberpihakan Komintern [5] ke sisi borjuis, peran konter-revolusioner Komintern di seluruh dunia, terutama di Spanyol, Prancis, Amerika, dan negara “demokratik” lainnya, menciptakan kesulitan-kesulitan tambahan yang teramat besar untuk kelas proletar sedunia. Di bawah bendera Revolusi Oktober, politik damai yang dijalankan oleh “Front Rakyat” tersebut membuat kelas buruh menjadi impoten dan membuka jalan untuk fasisme.

“Front Rakyat” di satu pihak – fasisme di pihak yang lain; ini adalah jalan keluar politik kaum imperialis yang terakhir di dalam perjuangannya melawan revolusi proletariat. Akan tetapi, dari sudut pandang sejarah, kedua jalan keluar tersebut bersifat sementara. Kemerosotan kapitalisme tetap berlanjut di bawah simbol topi Phyrgian[6] di Prancis ataupun di bawah simbol swastika di Jerman. Tidak akan ada jalan keluar tanpa penggulingan kaum borjuis.

Orientasi massa pertama-tama ditentukan oleh kondisi objektif dari kemerosotan kapitalisme, dan kedua, oleh politik pengkhianatan organisasi-organisasi buruh yang lama. Dari faktor-faktor ini, faktor yang pertama tentu saja adalah faktor yang menentukan: hukum sejarah adalah lebih kuat daripada aparatus birokratik. Bagaimanapun berbedanya metode-metode dari pengkhianat-pengkhianat ini – dari undang-undang “sosial”-nya Blum [7] sampai ke pengadilan fitnahnya Stalin – mereka tidak akan pernah berhasil mematahkan semangat revolusioner kaum proletar. Seiring berjalannya waktu, usaha-usaha nekat mereka untuk menghentikan roda sejarah akan mendemonstrasikan secara jelas kepada massa bahwa krisis kepemimpinan proletariat, yang telah menjadi krisis peradaban umat manusia, hanya bisa diselesaikan oleh Internasional Keempat.