Tuesday, March 20, 2007

Membuka Mata Kehidupan Sehari-hari di Korea Utara

Jika Korea Utara muncul dalam pemberitaan, maka itu biasanya soal senjata nuklir atau bencana alam dan kelaparan. Selanjutnya, kita nyaris tidak mendengar berita lain dari negara yang sangat tertutup ini. Misalnya, bagaimana bentuk kehidupan sehari-hari di negeri ini? Bagaimana pendapat warga Korea Utara mengenai negeri mereka dan masa depan mereka? Jaap Timmer adalah Ketua Palang Merah Internasional di Korea Utara, dan sudah tinggal di sana selama dua setengah tahun. Ia menceritakan pengalaman tinggal di negeri yang sangat menutup diri ini.

Negara poros setan
George W. Bush: Penguasa Korea Utara mempersenjatai diri dengan senjata pemusnah massal, sementara itu membiarkan rakyatnya kelaparan. Negara seperti ini, dan sekutu-sekutu mereka, merupakan poros setan. Mempersenjatai diri untuk mengancam perdamaian dunia.

Dalam pidatonya itu, Presiden Amerika Serikat George W. Bush menempatkan Korea Utara bersama Irak dan Iran, sebagai negara-negara anggota poros setan. Menurut Bush, negara yang sibuk membuat senjata nuklir, dan tidak perduli nasib rakyatnya, adalah negara jahat.

Program pengembangan nuklir Korea Utara sejauh ini selalu menjadi ganjalan pelik, dan setiap kali kembali menghangat. Pekan ini, Amerika, Cina dan Jepang, kembali membicarakan kemungkinan penghentian program nuklir Korea Utara.

Rasa kebersamaan
Jaap Timmer adalah Kepala Palang Merah Internasional di Korea Utara. Ia mengakui standar hidup di Korea Utara memang sangat rendah. Tapi Timmer tidak bisa mengatakan apakah orang menderita kelaparan. Yang jelas negeri tersebut menghadapi kekurangan obat-obatan dasar. Dan banyak orang tidak bisa menikmati air minum bersih.

Kendati demikian, menurut Timmer, masyarakat bisa menerima keadaan sulit seperti ini. Padahal tersedia banyak dana untuk bidang pertahanan. Korea Utara menganggap dirinya masih dalam keadaan perang dengan Amerika. Selama ini pemerintah Korea Utara merasa telah menghadapi dengan baik Amerika Serikat.

Jaap Timmer: "Mereka bangga atas negeri sendiri, pemimpin serta politik mereka dan ingin menjadi negara kesatuan. Penting bagi mereka untuk berpendapat sama. Ini membuat mereka kuat, dan itulah yang dirasakan. Dan itu juga betul. Jarang muncul diskusi apabila perlu dilakukan sesuatu. Misalnya kalau diputuskan untuk memperbaiki jalan, maka semua orang cepat membantu. Itu sangat efektif."

Lain dari yang sejauh ini diberitakan tentang Korea Utara, yaitu negara yang tidak dapat dipercaya dan suka berubah pikiran, Jaap Timmer malah berpendapat bahwa negeri tersebut, berkat rasa kebersamaan itu, sangat tegas dan melakukan apa yang dikatakannya.

Ideologi Juche
Keinginan membentuk kesatuan dan membatasi kebebasan individu telah menjadi kebijakan di Korea Utara. Dalam apa yang disebut ideologi Juche, yakni komunisme versi Korea Utara, orang menginginkan suatu masyarakat yang mencukupi kebutuhan sendiri yang hanya bisa dicapai melalui rasa kebersamaan besar.

Dalam hidup sehari-hari, ideologi Juche berdampak besar. Kebebasan pribadi sangat dibatasi: orang misalnya tidak boleh bepergian secara leluasa, dan tidak seorang pun diijinkan keluar atau masuk ibukota. Rekan-rekan Jaap Timmer di Korea Utara tidak boleh bepergian sendiri. Apabila Palang Merah ingin mengirim orang untuk ikut kursus tertentu, maka ia harus ditemani, sehingga mereka bisa saling mengamati. Demikian ujar Timmer.

Penghubung
Pengucilan ini sedemikian besar, sehingga disusun pelbagai sistem rumit untuk menghindari kontak dengan luar negeri.

Jaap Timmer: "Saya punya dua telpon di kantor saya. Satu untuk sambungan internasional, dan satu untuk pelbagai departemen. Tapi saya tidak bisa bebas menelpon kalangan dalam negeri. Perhimpunan nasional punya pesawat telpon untuk menelpon dalam negeri, tapi tidak ada sambungan telpon internasional. Sama halnya dengan internet. Mereka tengah membangun apa yang disebut sistem intranet, tapi tidak ada kontak langsung dengan web internasional. Orang asing punya kontak langsung dengan web internasional, tapi tidak bisa masuk ke situasi dalam negeri dan sebaliknya."

Menurut Jaap Timmer, sebagai organisasi internasional, Palang Merah berfungsi sebagai penghubung. Rekan-rekannya dari Korea Utara menghindari kontak terlalu banyak dengan orang asing, karena itu mencurigakan dan berbahaya. Kendati demikian, kebanyakan warga Korea sangat ingin tahu kisah-kisahnya tentang dunia luar. Terutama di kantornya Jaap Timmer bersama rekannya saling berbagi pengalaman, selama yang dibahas bukan pemimpin atau politik. Tapi rata-rata warga Korea toh tidak punya pendapat tentang itu.

No comments: